Jumat, 09 Desember 2016

Ibu Walikota Banjarmasin "Dukung" Sasirangan : UKM Sasirangan akan dikumpulkan

Dikutip dari Harian Bpost, tanggal 6 Juni 2016.
Dalam acara Persembahan Telkom Indonesia untuk Kebangkitan UKM Indonesia, ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Siti Wasilah berencana mengumpulkan UKM yang selama ini bergerak di bidang usaha Sasirangan.
Selama ini, pengusaha sasirangan di Banjarmasin seperti jalan sendiri-sendiri. Padahal untuk maju memerlukan gerakan bersama. “Seperti bidang pemasaran harus saling sokong,” katanya.
Salah satunya perlunya motif andalan yang menjadi ciri khas “sasirangan” buatan pengrajin kota Banjarmasin. Jadi orang akan mengenal jika sasirangan itu buatan pengrajin Banjarmasin.
Setelah ini, dia akan melakukan hal yang sama pada UKM lainnya yang bergerak di bidang kerajinan. “Salah satunya bagaimana bidang pemasaran online,” ujarnya.
Menyikapi dari berita diatas nama managemen Rumah Sasirangan sangat menyambut baik akan rencana ini. Demi meningkatkan memajuan UKM yang bergerak dibidang usaha Sasirangan para UKM memang harus dikumpulkan agar dapat bersatu dalam satu misi yaitu mengenalkan produk Sasirangan agar lebih dikenal di luar daerah Kalimantan Selatan.
Dalam hal ini memang pihak yang terkait khususnya Pemerintah harus saling mendukung agar para UKM Sasirangan dapat lebih berkembang misalnya selalu mengontrol bahan baku seperti kain polos sebagai bahan dasar kain sasirangan selalu tersedia dipasaran jangan sampai kosong dipasaran. Karena ini sangat menghambat para pengrajin sasirangan untuk dapat memproduksi kainnya. Menurut beberapa sumber yang kami dapatkan memang ada beberapa oknum yang ingin memanfaatkan momen dengan cara menyetok bahan baku kain sehingga harga kain menjadi naik dipasaran. Sehingga harga jual kain sasirangan saat ini ikut menjadi naik.
Mengenai pemasaran melalui media online, menurut kami saat ini sudah cukup berkembang hal ini dapat kita jumpai di beberapa media sosial khususnya instagram, banyak sekali saat ini account instagram yang menjual kain Sasirangan melalui media online. Apabila kita bandingkan dengan setahun yang lalu perkembangannya meningkat tajam. Menurut pengamatan kami saat ini sudah ada 50 lebih account instagram yang menjual produk kain Sasirangan mulai dari kain sasirangan, jilbab sasirangan, baju kaos sasirangan, kemeja sasirangan, jaket sasirangan, sendal sasirangan dan lain-lain.
Nah, sebenarnya dengan berkembangnya Sasirangan online ini menjadi salah satu bukti bahwa para marketing online ini dapat dijadikan sebagai ujung tombak untuk memasarkan produk sasirangan lebih luas lagi. Sehingga selain dapat meningkatkan pendapatan daerah juga dapat menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan baru.
Semoga artikel ini bermanfaat buat kita semua, terutama yang membaca. Jika ada saran silahkan berikan komentar di bawah ini.

Salam hangat,

Rumah Sasirangan / www.umaaisasirangan.blogspot.co.id
Sumber : http://rumahsasirangan.com/index.php/2016/06/05/ukm-sasirangan-akan-dikumpulkan/

Kalarangan jar ??!! : Kain Sasirangan dengan pewarna bahan alami lebih mahal

(Dikutif dari Radar Banjarmasin, 2 September 2016)
MARTAPURA –  Produk sasirangan memang menjamur di Kalsel, tapi yang membuat produk sasirangan dari bahan-bahan alami masih sangat minim jumlahnya. Padahal di tingkat nasional, produk  sasiragan dari bahan alami ini sangat diminati, selain produknya yang beda, harganya pun lebih mahal dibandingkan sasirangan biasa.
Hal inilah yang dilirik oleh pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar. “Tahun ini kami mengembangkan sasirangan yang dibuat dengan bahan-bahan alami untuk proses pewarnaannya. Dan repsonnya luar biasa, ternyata sangat diminati oleh orang dari luar daerah,” ujar Kabid  Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Agus Ibrahim yang ditemui Koran ini di kantornya kemarin siang.
Sasirangan dengan bahan pewarna alami ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan yang menggunakan pewarna kimia. “Pewarna alami, jauh lebih aman dan ramah lingkungan, sehingga aman juga dipergunakan oleh pemakainya,” ujar Agus.
Bahan yang dipergunakan sebagai pewarna berasal dari daun-daunan, buah, dan kayu, kata Agus.
Adapun bahannya terdiri dari kunyit untuk membuat kain jadi berwarna kuning, kayu ulin untuk warna coklat atau merah marun, warna biru menggunakan daun indigo, warga ungu berasal dari buah balangkasua.
“Bahan-bahan alami tadi, selain kunyit, sudah mulai langka dan sulit diperoleh, namun ada salah seorang pengrajin yang sudah membudidayakannya di daerah Martapura,” kata Agus.
Dan pihak Disperindag Banjar mulai tahun ini memberikan pelatihan khusus bagi para pengrajin sasirangan yang ada di Kabupaten Banjar bagaimana cara pengolahan sasirangan dengan bahan alami.
“Kami bekerjasama dengan Dekranasda Kabupaten Banjar melatih para pengrajin home industri sasirangan agar mereka beralih menggunakan bahan alami saja dalam pembuatannya,” ujar Agus.
Hal ini karena harga jual sasirangan berbahan alami ini lebih tinggi dibandingkan sasirangan yang dibuat dengan bahan kimia. Diharapkan pengrajin pelan-pelan bisa beralih memproduksi sasirangan berbahan alami ini nantinya.
Hal itu dibenarkan oleh M Ridho, instruktur pewarna alami yang dikonfirmasi Koran ini kemarin. “Saya ingin melestarikan nilai-nilai budaya banjar sekaligus ingin mengembangkan pembuatan sasirangan secara alami, karena lebih ramah lingkungan,” ujar Ridho menjelaskan alasannya membuat sasirangan alami ini.
Ilmu yang diperoleh Ridho dari Jogjakarta ini dibagikannya kepada para pengrajin yang berminat untuk mengembangkannya. “Selain ramah lingkungan, bahan-bahannya pun sangat mudah diperoleh di sekitar kita,” ujarnya.
Dan keunikan dari bahan alami ini, warnanya kalau dicampur, sesuai dengan teori warna yang ada maka bisa menjadi warna baru yang cantik. Bedalah dengan yang terbuat dari bahan alami, kata Ridho.
Dan untuk diketahui, kata Ridho, sejak tahun 1995 bahan pemakaian bahan kimia ini sudah dilarang di luar negeri, dan di Indonesia baru beberapa tahun ini mulai digadang-gadangkan.
“Saya berharap para pengrajin bisa belajar untuk mencoba dan mengembangkannya, sehingga seluruh pengrajin nantinya menggunakan bahan alami yang aman dan murah ini,” harap Ridho. (nti/yn/mat) / http://rumahsasirangan.com/index.php/2016/09/07/kain-sasirangan-dengan-pewarna-bahan-alami-lebih-mahal/

Koleksi Uma-ai Sasirangan : Desain Motif Kain Sasirangan Khas Banjarmasin Beserta Gambar dan Maknanya

Motif Sasirangan – Sasirangan merupakan kain khas adat suku Banjar yang mayoritas menetap di Kalimantan Selatan. Kain yang dibuat melalui proses pewarnaan rintang ini menggunakan bahan seperti tali, benang, ataupun sejenisnya dengan corak-corak tertentu.
Silakan tonton video singkat tentang kain Sasirangan khas suku Banjar, Kalimantan Selatan berikut ini, silahkan klik di https://youtu.be/MLdDjSFeH-s

Sejarah Kain Sasirangan

Sasirangan merupakan kain adat yang biasanya dipakai untuk acara adat khas suku Banjar. Kata sasirangan sendiri berasal dari kata “manyirang” yang memiliki arti menjelujur.
Mengapa diberi nama manyirang atau menjelujur? Karena proses pengerjaan kain ini dilakukan dengan cara menjelujur yang kemudian diikat dengan tali lalu dicelup ke dalam pewarna. Hingga sekarang, kain sasirangan masih dikerjakan secara manual dan tradisional.
Tercatat dalam sejarah, kain sasirangan merupakan kain sakral yang diwariskan sejak abad ke-12 ketika Raja Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Pada mulanya, sasirangan masih masih dikenal untuk kain “batatamba” atau proses penyembuhan orang yang mengidap suatu penyakit sehingga saat itu kain sasirangan masih harus dipesan terlebih dahulu (pamintaan) sesuai dengan kehendak pemesannya.
Oleh sebab itulah, orang-orang suku Banjar sering menyebut kain sasirangan sebagai kain pamintaan atau permintaan. Selain untuk penyembuhan orang sakit, kain sasirangan juga merupakan kain yang dianggap sakral dan biasa dipakai dalam upacara adat Banjar.

Arti Warna Kain Sasirangan

 Arti Warna dan Motif Kain Sasirangan

Dahulu kala, pewarnaan kain sasirangan sesuai dengan maksud atau tujuan pembuatannya. Salah satunya yaitu sebagai pelengkap terapi penyembuhan penyakit tertentu yang diderita seseorang. Berikut adalah arti dari warna sasirangan:
1. Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda yang menyimbolkan bahwa penggunannya sedang dalam proses penyembuhan untuk mengobati penyakit kuning (dalam bahasa Banjar: kana wisa)
2. Kain sasirangan warna hijau menyimbolkan bahwa penggunanya sedang dalam proses penyembuhan penyakit lumpuh/stroke
3. Kain sasirangan warna ungu ialah simbol bahwa penggunanya sedang menjalani proses penyembuhan penyakit sakit perut (disentri, kolera, atau diare)
4. Kain sasirangan warna merah merupakan simbol yang menandakan bahwa pemakainya sedang menjalani proses penyembuhan penyakit sakit kepala dan insomnia/sulit tidur
5. Kain sasirangan warna hitam merupakan simbol bahwa penggunanya dalam proses mengobati penyakit kulit gatal-gatal dan demam.
6. Kain sasirangan warna coklat merupakan simbol yang menandakan pemakainya sedang menjalani proses pengobatan penyakit tekanan jiwa atau stres.
Pewarnaan kain sasirangan pada zaman dahulu dilakukan dengan memberikan zat pewarna yang terbuat dari bahan-bahan dari alami seperti dari daun, buah, biji, umbi tanaman atau kulit. Bahan-bahan tersebut ada yang tumbuh liar di dalam hutan atau ada juga yang sengaja ditanam di sekitar pekarangan rumah para pembuat kain khas Banjar itu sendiri.
Warna utama pada sasirangan tersebut di atas dibuat dari zat pewarna alami, yaitu:
1. Kuning: dari temulawak atau kunyit
2. Hijau: dari jahe atau daun pudak
3. Ungu: dari biji buah ramania (gandaria)
4. Merah: dari buah mengkudu, lombok merah, gambir, atau kesumba (sonokeling).
5. Hitam: dari uar atau kabuau
6. Coklat: dari kulit buah rambutan atau uar.
Setelah dilakukan pewarnaan, supaya warna kain sasirangan tampak lebih tua atau lebih muda serta tahan lama (tak mudah pudar) maka biasanya bahan tersebut di atas dicampur dengan rempah-rempah seperti: lada, jintan, garam, jeruk nipis, cengkeh, cuka, tawas, kapur atau terusi.
Corak khas pada kain sasirangan diperoleh dari teknik-teknik khusus yang dipengaruhi oleh beberapa hal yakni, teknik jahitan serta ikatan, komposisi warna, dan jenis bahan pengikat/jenis benang. Dari hal-hal tersebutlah corak serta motif khas sasirangan terbentuk. Berikut adalah beberapa motif sasirangan yang umum digunakan oleh masyarakat Banjar.

Motif Sasirangan Beserta Gambarnya

 motif sasirangan

Motif pada kain sasirangan pada umumnya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yakni:
  1. Motif lajur, yakni bentuk motif yang dirangkai secara memanjang. Contoh: hiris pudak, kulat karikit, gigi haruan, kangkung kaumbakan.
  2. Motif ceplok, yaitu bentuk motif yang tampil secara sendiri tanpa ada motif lain yang mendampingi. Contoh: tampuk manggis, hiris gagatas, atau tampuk manggis.
  3. Motif variasi, yaitu motif penghias sebagai tambahan dalam motif dalam lain yang sudah ada. Contoh: motif hiris gagatas yang diberi pinggiran agar terlihat lebih menarik.

1. Bayam Raja dan Kambang Kacang 

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

2. Daun Jaruju dan Tampuk Manggis

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

3. Kangkung dan Kambang Kacang

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

4. Mayang Maurai dan Naga Balimbur

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

5. Ramak Sahang, Gelombang, dan Daun Katu

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

6. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh, Gugusan Bintang, dan Bintang Bahambur

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

7. Hiris Gagatas dan Kambang Sakaki

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

8. Kulat Karikit, Gigi Haruan, Hiris Pudak, dan Ular Lidi

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

9. Kangkung Kaumbakan dan Ombak Sinampur Karang

motif sasirangan
Sumber: Buku Sasirangan Kain Khas Banjar oleh Drs. H. M. Syamsiar Seman | wirausahasman12bjm.blogspot.co.id

Motif Sasirangan dan Maknanya

Motif-motif yang ada pada kain sasirangan tentu memiliki makna dan filosofinya tersendiri. Masing-masing dari motif tersebut diambil dari sebuah tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Banjar, dari hewan serta tumbuhan atau bahkan objek di alam semesta. Berikut adalah penjelasan mengenai motif sasiragan beserta maknanya.

1. Bayam Raja

Motif sasirangan Bayam Raja merupakan atribut untuk seseorang yang bermartabat dan dihormati di masyarakat. Bentuknya yakni berupa garis-garis yang melengkung patah-patah. Motif ini biasanya tersusun secara vertikal sebagai garis pembatas antara motif satu dan motif lainnya sehingga menjadikannya sebagai motif yang banyak digunakan dalam kain sasirangan.

2. Kambang Kacang

Motif sasirangan Kambang Kacang merupakan simbol sebuah keakraban. Hal tersebut dikarenakan kambang kacang merupakan sejenis tanaman yang buahnya selalu jadi kegemaran oleh hampir semua orang Banjar. Buah tersebut sering dicampur dalam pembuatan sayur seperti kacang hijau atau labu dalam masakan khas masyarakat Banjar.

3. Daun Jaruju

Motif sasirangan Daun Jaruju mengandung makna sebagai penolak bala. Tanaman daun jaruju ini termasuk tanaman yang berduri yang sering dimanfaatkan sebagai pengusir tikus. Dahulu, daun jaruju ini diletakkan di sudut-sudut rumah agar tikus tidak bisa menerobos masuk ke rumah.

4. Tampuk Manggis

Motif sasirangan Tampuk Manggis diambil dari filosofi buang manggis yang memiliki makna kejujuran, dimana jumlah tampuk manggis pasti selalu sama dengan jumlah isi buah manggis tersebut. Jadi, jika tampuk yang terletak di luar buah manggis berjumlah lima maka jumlah isi buang manggis pun pasti berjumlah lima. Motif ini menyiratkan makna bahwa apa yang sudah kita ucapkan haruslah sama dengan apa yang terlintas di dalam hati.
motif sasirangan
Motif hiris pudak dan hiris gagatas | batiksasiranganonline.blogspot.com

5. Mayang Maurai

Mayang Maurai berarti mayang yang terurai. Mayang itu sendiri dijadikan sebagai alat untuk acara bamandi-mandi (mandi-mandi) dalam tradisi adat Banjar yang biasanya dilakukan satu hari sebelum kedua pengantin bersanding. Selain itu, mayang juga dipakai dalam acara mandi seorang wanita yang hamil 7 bulan.

6. Naga Balimbur

Kalau motif Naga Balimbur diambil dari dongeng orang Banjar yang dapat digolongkan ke dalam folklore/cerita rakyat, yakni tentang seekor naga yang sedang mandi di tengah sungai di pagi hari. Naga tersebut dengan riangnya berjemur di bawah terik sinar matahari yang hangat. Keadaan tersebut menggambarkan suasana yang gembira dan menyenangkan.

7. Ramak Sahang

Motif sasirangan Ramak Sahang terdiri dari kata “ramak” yang berarti hancur dan “sahang” yang berarti merica, sehingga ramak sahang berarti merica hancur. Bentuk motif ini hampir mirip dengan motif hiris pundak ganda akan tetapi gambarnya tidak senyawa alias terputus-putus.
motif sasirangan
Motif gigi haruan dan ular lidi | www.eenendah.web.id

8. Daun Katu

Motif sasirangan Daun Katu diambil dari sejenis tanaman yang sering dijadikan sebagai sayur, yakni daun katu. Orang banjar sering menanam tanaman daun katu di pekarangan rumahnya karena sangat bermanfaat untuk ibu-ibu yang sedang menyusui. Daun katu dipercaya dan memang sudah terbukti secara ilmiah mampu melancarkan air susu ibu (ASI).

9. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh/Gugusan Bintang/Bintang Bahambur

Motif sasirangan berbentuk bintang atau Bintang Bahambur yang berarti bintang yang berserakan (di langit) menyatakan bahwa bintang merupakan ciptaan-Nya dan sebagai tanda kebesaran Yang Maha Kuasa. Makna dari bahambur (berserakan) ialah kita sebagai manusia yang kecil ini tidak akan mampu menghitung jumlah bintang sesungguhnya di seluruh alam semesta ini.

10. Hiris Gagatas

Motif sasirangan Hiris Gagatas disebut juga rincung gagatas yang berarti bungas (cantik) serta tak akan pernah bosan apabila terus dipandang. Umumnya, kue-kue tradisional khas Banjar dipotong menjadi beberapa bagian dengan bentuk gagatas ini.

11. Kambang Sakaki

Motif sasirangan Kambang Sakaki melambangkan keindahan yang disimbolkan dengan sekuntum bunga. Motif ini sering dipakai pada ornamen khas Banjar seperti pada ukiran arsitektur rumah adat Banjar.
motif sasirangan
Motif bintang enam, hiris gagatas, dan kulat karikit | sasirangankalimantan.blogspot.com

12. Kulat Karikit

Motif sasirangan Kulat Karikit diambil dari tumbuhan sejenis cendawan atau jamur yang hidup menempel pada sebuah batang atau dahan pohon yang disebut kulat. Walaupun hidupnya dengan menumpang di tumbuhan lain, akan tetapi kulat ini tidak sedikit pun merugikan tumbuhan yang ditumpanginya layaknya parasit seperti benalu.
Kulat karikit hidup secara mandiri dengan mencari makan sendiri. Maka diambil sebuah makna filosofi dari cara hidup kulat tersebut bahwa hidup haruslah mandiri, tahan menderita, dan jangan pernah merugikan orang lain walau sedikit pun.

13. Gigi Haruan

Motif sasirangan Gigi Haruan diambil dari ikan yang merupakan makanan kegemaran orang Banjar yaitu Haruan atau Gabus. Ikan haruan berwarna hitam dengan gigi-gigi runcing dan tajam. Dari gigi haruan tersebutlah diambil filosofi kehidupan yang bermakna ketajaman berpikir.

14. Hiris Pudak

Motif sasirangan Hiris Pudak merupakan sebutan orang Banjar untuk tanaman pandan yang sering ditanam di pekarang rumah layaknya tanaman daun katu. Pandan sering digunakan sebagai pengharum ketika memasak nasi.
Selain itu, orang Banjar sering juga menggunakan air pandan sebagai pewarna kue tradisional. Pandan juga digunakan sebagai campuran bunga rampai (bunga khas Banjar) yang akrab dipakai dalam acara perkawinan adat Banjar.

15. Ular Lidi

Motif sasirangan Ular Lidi diambil dari dongeng orang Banjar dan dianggap sebagai simbol kecerdikan. Hal ini dikarenakan karena ular lidi yang kecil dan gagah tersebut cerdik tapi juga berbisa. Bentuk motif ini mirip hiris pudak, berganda dan tidak patah-patah, akan tetapi melengkung vertikal serta bervariasi.
motif sasirangan
muhammadrizky.student.umm.ac.id

16. Kangkung Kaumbakan

Motif sasirangan Kangkung Kaumbakan berarti kangkung yang terkena ombak. Motif ini memiliki filosofi bahwa kangkung yang merupakan salah satu tanaman air yang menjalar apabila ia terkena gelombang ombak air, batangnya tidak akan putus. Makna filosofinya yakni tahan terhadap cobaan serta ujian dalam kehidupan.

17. Ombak Sinampur Karang

Motif sasirangan Ombak Sinampur Karang berarti ombak yang menerjang karang. Ombak disini dikiaskan sebagai gelombang perjuangan hidup manusia.

18. Dara Manginang

Motif sasirangan atau dalam istilah orang Banjar disebut juga Galuh Manginang yang berarti seorang gadis Banjar dahulu yang baru manginang, yaitu memakan sirih sehingga air liurnya memerah karena gambir hingga menetes dari bibir.
Namun, tradisi ini sudah jarang ditemui di masyarakat Banjar saat ini. Karena sebab itulah kemudian tradisi tersebut diabadikan menjadi salah satu motif sasirangan, sehingga dapat dijadikan pengingat bahwa orang-orang Banjar dahulu memiliki tradisi menginang. Biasanya motif ini dominan berwarna merah menyala.


Demikian pemaparan tentang motif sasirangan yang merupakan kain khas dari daerah Kalimantan Selatan. Kita sebagai warga negara Indonesia pada umumnya dan sebagai anak banua semestinya perlu mengetahui tentang kebudayaan masing-masing daerah. Karena kalau bukan kita selaku pemuda, siapa lagi yang akan meneruskan pelestarian budaya daerah di Indonesia. / https://tekoneko.net/motif-sasirangan/

Kain Sasirangan: Sejarah, Arti dan Motif

Bila kita berkunjung ke kota Banjarmasin, maka jangan lupa kita membeli oleh-oleh kain yang bernama SASIRANGAN. Kain tersebut agak mirip kain batik jumputannya Yogya, namun mempunyai motif yang berbeda.

A. Sejarah
Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.

Menurut sejarahnya, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba” atau

penyembuhan orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembutan kain sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.

Pada zaman dahulu kala kain sasirangan diberi warna sesuai dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan suatu jenis penyakit tertentu yang diderita oleh seseorang.

Arti Warna Sasisangan :
  1. Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa)
  2. Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia)
  3. Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke)
  4. Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal
  5. Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera)
  6. Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress)
Dahulu kala kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat alami, yakni dibuat dari biji, buah, daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri.

Ada 6 warna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami dimaksud, yakni :
  1. Kuning, bahan pembuatnya adalah kunyit atau temulawak.
  2. Merah, bahan pembuatnya adalah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau kesumba (sonokeling, pen)
  3. Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe
  4. Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar
  5. Ungu, bahan pembuatnya adalah biji buah gandaria (bahasa Banjar Ramania, pen)
  6. Coklat, bahan pembuatnya adalah uar atau kulit buah rambutan
Supaya warnanya menjadi lebih tua, lebih muda, dan supaya tahan lama (tidak mudah pudar), bahan pewarna di atas kemudian dicampur dengan rempah-rempah lain seperti garam, jintan, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, cuka, atau terusi.

B.    Motif Kain Sasirangan
Motif-motif kain sasirangan banyak sekali jumlahnya. Motif yang umum diketahui yaitu beberapa motif berikut ini :
  1. Iris Pudak
  2. Kambang Raja
  3. Bayam Raja
  4. Kulit Kurikit
  5. Ombak Sinapur Karang
  6. Bintang Bahambur
  7. Sari Gading
  8. Kulit Kayu
  9. Naga Balimbur
  10. Jajumputan
  11. Turun Dayang
  12. Kambang Tampuk Manggis
  13. Daun Jaruju
  14. Kangkung Kaombakan
  15. Sisik Tanggiling
  16. Kambang Tanjung
kain Sasirangan: Sejarah, Arti dan Motif

C. Proses Pembuatan
Secara garis besar urutan proses pembuatan kain sasirangan adalah sebagai berikut:

Batik atau Sasirangan History

Since Batik was declared by UNESCO as one of the world heritage on october 2nd 2009, the popularity of batik has significantly increased. Many people have worn batik for many occasions such as attending the wedding reception, working at office or going sightseeing. Batik has become familiar in our daily life. However, there's something more about batik that not many people know.

If we gone to Solo there is Kampung Batik Laweyan and Kauman, in Cirebon is well-known as Batik Trusmi, so we also can find in Banjarmasin has Kampung Sasirangan as Batik Sasirangan.

Sasirangan is traditional cloth that originally come from South Borneo, its similar with Batik, but it has different of making process. The motive is colorful look like Batik Jumputan in Java. In Banjarmasin, there is a place called Kampung Sasirangan which located near Waterfront , Sub-district Kampung Melayu, opposite of Siring Martapura park. It just takes about 15 minutes from the Sabilal Muhtadin mosque. You can buy Sasirangan in the stores that provide many kind of clothes with reasonable price. The price is depend on the size and fabric of cloth. In this Village, we can find the manufacturers process of making batik Sasirangan. Now, we can get many products not only cloth, but also Sasirangan provides with variable products like, dress, wallets, shoes, sandals and bags.

Artinya : 
" Sejak Batik dinyatakan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia pada 2 Oktober 2009, popularitas batik telah meningkat secara signifikan. Banyak orang telah dikenakan batik untuk berbagai kesempatan seperti menghadiri resepsi pernikahan, bekerja di kantor atau pergi jalan-jalan. Batik telah menjadi akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, ada sesuatu tentang batik yang tidak banyak orang tahu.

Jika kita pergi ke Solo ada Kampung Batik Laweyan dan Kauman, di Cirebon dikenal sebagai Batik Trusmi, sehingga kami juga dapat menemukan di Banjarmasin memiliki Kampung Sasirangan sebagai Batik Sasirangan.

Sasirangan adalah kain tradisional yang awalnya berasal dari Kalimantan Selatan, yang mirip dengan Batik, tetapi memiliki berbagai proses pembuatan. Motif adalah tampilan berwarna-warni seperti Batik Jumputan di Jawa. Di Banjarmasin, ada tempat yang disebut Kampung Sasirangan yang terletak dekat Waterfront, Kecamatan Kampung Melayu, kebalikan dari Siring Martapura taman. Ini hanya membutuhkan sekitar 15 menit dari Masjid Sabilal Muhtadin. Anda dapat membeli Sasirangan di toko-toko yang menyediakan berbagai jenis pakaian dengan harga yang terjangkau. Harga tergantung pada ukuran dan kain kain. Dalam Village ini, kita dapat menemukan proses produsen pembuatan batik Sasirangan. Sekarang, kita bisa mendapatkan banyak produk tidak hanya kain, tetapi juga Sasirangan menyediakan dengan produk variabel seperti, pakaian, dompet, sepatu, sandal dan tas. "

Nah... sekarang sudah hadir Baju Kaos Sasirangan Online... Tinggal Pesan aja di www.umaaisasirangan.blogspot.co.id 


Telah Hadir : Uma-ai Sasirangan Banjarmasin Production


Bingung cari sasirangan bernuansa Kaos yang cocok buat anak Muda dan orang yang berjiwa muda, disinilah tempat yang tepat untuk memesan... Jadi Tunggu apalagi ...buruan pesan dan dapatkan Kaos sasirangan yang jadi rebutan Nanang dan Galuh Banjar... hemmmm.... www.umaaisasirangan.blogspot.co.id