(Dikutif dari Radar Banjarmasin, 2 September 2016)
MARTAPURA – Produk sasirangan memang menjamur di Kalsel, tapi yang
membuat produk sasirangan dari bahan-bahan alami masih sangat minim
jumlahnya. Padahal di tingkat nasional, produk sasiragan dari bahan
alami ini sangat diminati, selain produknya yang beda, harganya pun
lebih mahal dibandingkan sasirangan biasa.
Hal inilah yang dilirik oleh pihak Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Banjar. “Tahun ini kami mengembangkan sasirangan
yang dibuat dengan bahan-bahan alami untuk proses pewarnaannya. Dan
repsonnya luar biasa, ternyata sangat diminati oleh orang dari luar
daerah,” ujar Kabid Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Agus
Ibrahim yang ditemui Koran ini di kantornya kemarin siang.
Sasirangan dengan bahan pewarna alami ini mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan yang menggunakan pewarna kimia. “Pewarna alami, jauh lebih
aman dan ramah lingkungan, sehingga aman juga dipergunakan oleh
pemakainya,” ujar Agus.
Bahan yang dipergunakan sebagai pewarna berasal dari daun-daunan, buah, dan kayu, kata Agus.
Adapun bahannya terdiri dari kunyit untuk membuat kain jadi berwarna
kuning, kayu ulin untuk warna coklat atau merah marun, warna biru
menggunakan daun indigo, warga ungu berasal dari buah balangkasua.
“Bahan-bahan alami tadi, selain kunyit, sudah mulai langka dan sulit
diperoleh, namun ada salah seorang pengrajin yang sudah
membudidayakannya di daerah Martapura,” kata Agus.
Dan pihak Disperindag Banjar mulai tahun ini memberikan pelatihan
khusus bagi para pengrajin sasirangan yang ada di Kabupaten Banjar
bagaimana cara pengolahan sasirangan dengan bahan alami.
“Kami bekerjasama dengan Dekranasda Kabupaten Banjar melatih para
pengrajin home industri sasirangan agar mereka beralih menggunakan bahan
alami saja dalam pembuatannya,” ujar Agus.
Hal ini karena harga jual sasirangan berbahan alami ini lebih tinggi
dibandingkan sasirangan yang dibuat dengan bahan kimia. Diharapkan
pengrajin pelan-pelan bisa beralih memproduksi sasirangan berbahan alami
ini nantinya.
Hal itu dibenarkan oleh M Ridho, instruktur pewarna alami yang
dikonfirmasi Koran ini kemarin. “Saya ingin melestarikan nilai-nilai
budaya banjar sekaligus ingin mengembangkan pembuatan sasirangan secara
alami, karena lebih ramah lingkungan,” ujar Ridho menjelaskan alasannya
membuat sasirangan alami ini.
Ilmu yang diperoleh Ridho dari Jogjakarta ini dibagikannya kepada
para pengrajin yang berminat untuk mengembangkannya. “Selain ramah
lingkungan, bahan-bahannya pun sangat mudah diperoleh di sekitar kita,”
ujarnya.
Dan keunikan dari bahan alami ini, warnanya kalau dicampur, sesuai
dengan teori warna yang ada maka bisa menjadi warna baru yang cantik.
Bedalah dengan yang terbuat dari bahan alami, kata Ridho.
Dan untuk diketahui, kata Ridho, sejak tahun 1995 bahan pemakaian
bahan kimia ini sudah dilarang di luar negeri, dan di Indonesia baru
beberapa tahun ini mulai digadang-gadangkan.
“Saya berharap para pengrajin bisa belajar untuk mencoba dan
mengembangkannya, sehingga seluruh pengrajin nantinya menggunakan bahan
alami yang aman dan murah ini,” harap Ridho. (nti/yn/mat) / http://rumahsasirangan.com/index.php/2016/09/07/kain-sasirangan-dengan-pewarna-bahan-alami-lebih-mahal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar